rsud-cilacapkab.org

Loading

di infus di rumah sakit

di infus di rumah sakit

Memahami Prosedur Infus di Rumah Sakit: Panduan Komprehensif

Infus intravena (IV), atau yang lebih dikenal dengan infus, merupakan prosedur medis umum yang dilakukan di rumah sakit. Prosedur ini melibatkan pemberian cairan, obat-obatan, atau nutrisi langsung ke pembuluh darah pasien melalui jarum yang dimasukkan ke dalam vena. Memahami proses infus, alasan penggunaannya, potensi risiko, dan perawatan yang diperlukan dapat membantu pasien dan keluarga merasa lebih nyaman dan terinformasi selama perawatan di rumah sakit.

Tujuan dan Manfaat Infus

Infus memiliki berbagai tujuan, tergantung pada kondisi medis pasien. Beberapa tujuan utama meliputi:

  • Rehidrasi: Mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi, muntah, diare, atau kondisi medis lainnya. Cairan infus yang umum digunakan adalah larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) dan Ringer Laktat.

  • Pemberian Obat: Memberikan obat-obatan secara langsung ke aliran darah, memungkinkan obat bekerja lebih cepat dan efektif dibandingkan pemberian oral. Contoh obat yang diberikan melalui infus antara lain antibiotik, analgesik (pereda nyeri), kemoterapi, dan obat jantung.

  • Pemberian Nutrisi: Memberikan nutrisi esensial kepada pasien yang tidak dapat makan atau menyerap nutrisi secara oral. Nutrisi parenteral total (TPN) adalah jenis infus yang memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

  • Transfusi Darah: Memberikan darah atau komponen darah (seperti sel darah merah, plasma, atau trombosit) kepada pasien yang mengalami kehilangan darah, anemia, atau gangguan pembekuan darah.

  • Keseimbangan Elektrolit: Mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh, seperti kadar natrium, kalium, atau kalsium yang rendah atau tinggi.

Prosedur Pemasangan Infus: Langkah Demi Langkah

Pemasangan infus biasanya dilakukan oleh perawat atau dokter terlatih. Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam prosedur ini:

  1. Persiapan: Perawat menjelaskan prosedur kepada pasien dan menjawab pertanyaan. Area pemasangan infus (biasanya di lengan atau tangan) dibersihkan dengan antiseptik.

  2. Pemasangan Tourniquet: Tourniquet dipasang di atas area pemasangan untuk melebarkan vena dan membuatnya lebih mudah terlihat dan diakses.

  3. Pencarian Vena: Perawat mencari vena yang cocok untuk pemasangan infus. Vena yang baik adalah vena yang lurus, tidak bergerak, dan tidak terletak di dekat sendi.

  4. Insersi Jarum: Setelah vena ditemukan, jarum infus (biasanya berukuran 18-24 gauge) dimasukkan ke dalam vena dengan sudut yang kecil.

  5. Verifikasi Penempatan: Setelah jarum masuk ke dalam vena, perawat akan memastikan bahwa jarum berada di posisi yang tepat dengan melihat adanya aliran balik darah ke dalam tabung infus.

  6. Fiksasi: Jarum infus difiksasi dengan plester atau dressing khusus untuk mencegahnya bergerak atau tercabut.

  7. Pengaturan Kecepatan Infus: Kecepatan infus diatur sesuai dengan instruksi dokter. Kecepatan infus dapat diatur secara manual menggunakan roller clamp pada selang infus atau menggunakan pompa infus elektronik.

  8. Pemantauan: Perawat akan memantau pasien secara berkala untuk memastikan bahwa infus berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi.

Jenis-Jenis Cairan Infus

Ada berbagai jenis cairan infus yang digunakan di rumah sakit, masing-masing dengan komposisi dan indikasi yang berbeda. Beberapa jenis cairan infus yang umum meliputi:

  • Larutan Garam Fisiologis (NaCl 0,9%): Cairan isotonik yang mengandung natrium klorida. Digunakan untuk rehidrasi, mengganti kehilangan cairan, dan sebagai pelarut obat.

  • Cincin Laktat: Cairan isotonik yang mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan natrium laktat. Digunakan untuk rehidrasi, mengganti kehilangan cairan dan elektrolit, dan sebagai buffer untuk mengoreksi asidosis.

  • Dekstrosa 5%: Cairan hipotonik yang mengandung glukosa. Digunakan untuk memberikan kalori dan mencegah hipoglikemia.

  • Dextrose 5% dalam Larutan Garam Fisiologis (D5NS): Cairan hipertonik yang mengandung glukosa dan natrium klorida. Digunakan untuk rehidrasi, memberikan kalori, dan mengganti kehilangan elektrolit.

  • Manitol: Cairan hipertonik yang digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan meningkatkan produksi urin.

Potensi Risiko dan Komplikasi Infus

Meskipun infus umumnya aman, ada beberapa potensi risiko dan komplikasi yang dapat terjadi, termasuk:

  • Infiltrasi: Terjadi ketika cairan infus keluar dari vena dan masuk ke jaringan di sekitarnya. Infiltrasi dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kemerahan di area pemasangan infus.

  • Radang urat darah: Peradangan pada vena yang disebabkan oleh iritasi dari jarum infus atau cairan infus. Flebitis dapat menyebabkan nyeri, kemerahan, bengkak, dan hangat di area pemasangan infus.

  • Infeksi: Infeksi dapat terjadi jika jarum infus atau area pemasangan infus tidak bersih. Infeksi dapat menyebabkan kemerahan, bengkak, nyeri, demam, dan keluarnya nanah dari area pemasangan infus.

  • Emboli Udara: Terjadi ketika udara masuk ke dalam pembuluh darah melalui selang infus. Emboli udara dapat menyebabkan sesak napas, nyeri dada, dan bahkan kematian.

  • Reaksi Alergi: Beberapa pasien mungkin mengalami reaksi alergi terhadap obat atau cairan infus yang diberikan. Reaksi alergi dapat menyebabkan ruam, gatal-gatal, sesak napas, dan penurunan tekanan darah.

  • Overload Cairan: Terjadi ketika terlalu banyak cairan diberikan terlalu cepat. Overload cairan dapat menyebabkan sesak napas, pembengkakan, dan gagal jantung.

Perawatan dan Pemantauan Infus

Perawatan dan pemantauan infus yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi dan memastikan bahwa infus berjalan dengan lancar. Beberapa tindakan perawatan dan pemantauan yang penting meliputi:

  • Memeriksa Area Pemasangan Infus: Perawat harus memeriksa area pemasangan infus secara berkala untuk mencari tanda-tanda infiltrasi, flebitis, atau infeksi.

  • Memastikan Kecepatan Infus Tepat: Perawat harus memastikan bahwa kecepatan infus sesuai dengan instruksi dokter.

  • Memantau Tanda-tanda Vital: Perawat harus memantau tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan, untuk mendeteksi tanda-tanda komplikasi.

  • Menjaga Kebersihan Area Pemasangan Infus: Area pemasangan infus harus dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi.

  • Mengganti Dressing Infus Secara Berkala: Dressing infus harus diganti secara berkala untuk mencegah infeksi.

  • Mengganti Selang Infus Secara Berkala: Selang infus harus diganti secara berkala untuk mencegah infeksi.

  • Melaporkan Komplikasi: Pasien harus segera melaporkan kepada perawat jika mengalami komplikasi, seperti nyeri, bengkak, kemerahan, atau sesak napas.

Memahami prosedur infus di rumah sakit dapat membantu pasien dan keluarga merasa lebih nyaman dan terinformasi selama perawatan. Dengan mengetahui tujuan infus, prosedur pemasangan, potensi risiko, dan perawatan yang diperlukan, pasien dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan mereka dan membantu mencegah komplikasi. Komunikasi yang terbuka dengan tim medis juga sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal.